Skip to main content

Taubat Sebab Riya






Manshour bin Ammar berkata: “Dulu seorang temanku selalu berbuat maksiat, kemudian kemudian ia bertaubat. Aku melihatnya sering melaksanakan ibadah dan shalat tahajjud. Tiba-tiba saya tidak melihatnya beberapa hari. Ada yang menyampaikan kepadaku bahwa ia sedang sakit. Aku pun lantas mendatangi rumahnya. seorang puterinya keluar menemuiku, ia berkata: “Ingin bertemu siapakah engkau?”.
Aku menjawab: “Ayahmu”. Maka ia pun mengijinkanku.
Aku masuk ke dalam rumahnya dan mendapati ayahnya berada di ruang tengah rumahnya dalam keadaan terbaring di atas kasurnya. Wajahnya nampak hitam, kedua matanya mencucurkan air mata, dan bibirnya nampak tebal dan membiru.
Dalam keadaan khawatir, saya berkata kepadanya: “Wahai saudaraku, perbanyaklah mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah!”. Ia pun membuka kedua matanya, kemudian memandangi diriku, kemudian ia pingsan lagi. Aku pun
berkata lagi kepadanya: “Wahai saudaraku, perbanyaklah mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah!”. Kemudian saya mengatakannya lagi untuk yang ketiga kalinya.
Ia membuka kedua matanya, kemudian berkata: “Wahai saudaraku, Manshour! Sungguh kalimat ini telah tertutup antara diriku dengannya”. Aku pun berujar: “Laa haula walaa quwwata ilia billahil ‘aliyyil ‘azhiim (Tiada daya dan kekuatan selain milik Allah yang Maha Tinggi lagi Mulia). Wahai saudaraku, di manakah shalat, puasa, dan tahajjud yang sering kau lakukan itu?”.
Ia menjawab: “Aku melaksanakan semua itu bukan atas nama Allah. Taubatku yakni kebohongan belaka. Aku melaksanakan semua itu supaya saya dikenal orang-orang sebagai hebat ibadah. Sungguh saya telah riya’ (beribadah cuma ingin dilihat oleh orang lain).
Pada dikala saya tengah sendirian, saya mengunci pintu dan tidak peduli lagi dengan rasa malu, kemudian saya menenggak minum-minuman keras. Aku menyampaikan kemaksiatanku kepada Tuhanku. Kulakukan itu semua selama beberapa lama, hingga kesudahannya saya menderita sakit dan akrab dengan kematian.
Aku berkata kepada puteriku  ini: ‘Ambilkanlah saya mushaf AI-Quran, Aku pun lantas berkata dalam hati: ‘Ya Allah, saya bersumpah demi kalimat agung-Mu yang tertuang dalam kitab suci AI-Quran ini, bila Engkau memberiku kesembuhan maka selamanya saya tidak akan kembali lagi kepada perbuatan dosa’. Allah pun menyembuhkan penyakitku.
Namun sehabis sembuh dari penyakitku, justru saya kembali lagi melaksanakan perbuatan-perbuatan dosa yang sering saya lakukan sebelumnya. Aku menuruti hawa nafsuku dan menikmati kenikmatan yang haram. Setan benar-benar telah membuatku lupa akan janjiku kepada Allah. Aku melaksanakan hal itu selang beberapa usang hingga kesudahannya saya jatuh sakit lagi dan saya merasa sudah akrab dengan kematian.
Aku pun memerintahkan keluargaku untuk memindahkanku ke ruangan tengah rumahku, sebagaimana saya selalu melaksanakan hal tersebut. Aku pun kemudian meminta diambilkan mushaf Al-Quran, kemudian saya membacanya. Selanjutnya saya mengangkat mushaf tersebut seraya berkata: ‘Ya Allah, demi kehormatan kalimat-kalimat-Mu yang tertulis dalam mushaf yang mulia ini, saya ingin diberi kesembuhan oleh-Mu’.
Allah pun mengabulkan permintaanku dengan menyembuhkan penyakitku. Namun justru saya kembali lagi melaksanakan kemaksiatan sebagaimana sebelumnya. Aku pun kembali sakit lagi.
Aku menyuruh keluargaku untuk memindahkanku lagi ke ruangan tengah rumahku menyerupai yang engkau lihat
sekarang ini, kemudian saya minta diambilkan mushaf Al-Quran untuk saya baca. Namun ternyata satu aksara pun dari Al Alquran tersebut tidak terlihat oleh mataku. Aku tersadar bahwa Allah Ta’ala telah murka kepadaku. Aku pun lantas menengadahkan wajahku ke langit seraya berkata: ‘Ya Allah, Penguasa langit dan bumi, sembuhkanlah Aku!’. Tiba-tiba saya seakan mendengar bunyi berbicara:
Sungguh engkau bertaubat dari dosa-dosamu, jika
engkau ditimpa sakit
Lalu engkau kembali kepada perbuatan dosa, sehabis sembuh
Seberapa banyak kesulitan, Dia menyelamatkanmu darinya
Dan seberapa sering musibah, Dia melepaskannya darimu
Lalu mengapa engkau menakuti kematianmu?
Padahal engkau telah berlaku licik kepada-Nya

Manshour bin Amman berkata: “Demi Allah, tidaklah saya keluar dari rurnahnya melainkan saya telah memperoleh beberapa ‘ibrah (pelajaran). Belum sempat saya hingga di pintu rumahku, tiba-tiba ada yang memberitahuku bahwa temanku itu telah meninggal”.

Sumber http://www.rumahyatimindonesia.com/
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar